Roby Muhamad adalah seorang sosiolog Indonesia dengan fokus penelitian di bidang jejaring sosial. Ia dikenal luas di Indonesia setelah saluran berita CNN mewawancarainya atas keterlibatannya sebagai peneliti dalam Proyek Dunia Kecil (Small World Project) bersama dengan Duncan J. Watts dan Peter Sheridan Dodds.[1] Atas pencapaian tersebut, Majalah Tempo pada tahun 2012 menobatkan Roby Muhamad sebagai salah satu dari 10 tokoh penemu nasional.[2] Roby adalah anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Prof. Dr. Wahyu Karhiwikarta, seorang spesialis kedokteran olahraga, dan dr. Hanariah Wahyu, seorang dokter spesialis anak
Pendidikan
Roby pertama kali menyelesaikan pendidikan tingkat sarjananya pada tahun 1998 di Institut Teknologi Bandung dalam bidang fisika. Topik penelitiannya ketika itu adalah mengenai lubang hitam Stephen Hawking. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di program magister pada perguruan tinggi yang sama dalam bidang fisika teoretis, dengan topik penelitian mengenai teori string dan teori-M.Setelah itu Roby pun beralih ke bidang sosiologi dan mengambil program master di Universitas Columbia di New York, Amerika Serikat. Pada tahun 2010 ia berhasil memperoleh gelar doktor dari Departemen Sosiologi di universitas tersebut.
Usai menyelesaikan pendidikan doktor-nya, Roby pulang ke Indonesia. Saat ini Roby tercatat sebagai staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan mendirikan AkonLabs, sebuah lembaga riset nirlaba yang berfokus pada aplikasi sains socio-behavioral untuk perubahan budaya.
Proyek Dunia Kecil
Proyek Dunia Kecil (Small World Project) adalah suatu proyek eksperimen daring yang diadakan untuk menguji kembali hasil percobaan Stanley Milgram yang mengklaim bahwa sembarang dua orang di dunia dapat dihubungkan melalui enam derajat pemisahan. Dengan kata lain, bagi seseorang untuk mencapai orang lain yang tidak dikenalnya dibutuhkan rata-rata enam orang yang saling terkait dan saling mengenal agar bisa menghubungkan mereka berdua. Pembuktian hal ini telah dilakukan menggunakan surat elektronik berantai, seperti yang diberitakan dalam jurnal Science.sumber
0 komentar:
Posting Komentar